Penyakit Lupus, Tak Seindah Namanya

Para penikmat cerita-cerita remaja tahun 90-an sampai awal tahun 2000 disuguhkan serial yang menghibur, kocak dan ngocol gaya penulis Hilman Hariwijaya, apalagi kalau bukan serial Lupus. Lupus dalam cerita ini digambarkan kurus tinggi, rambut gondrong keriting, pandai ngocol, disukai perempuan, anak mami tapi penolong. Ketika serial Lupus disinetronkan, wajah dan karakternya cukup terwakili sehingga pembaca setia novel remaja terbitan Gramedia ini tak terlalu kecewa.

Sebenarnya karakter Lupus lebih cocok sebagai gambaran penulisnya sendiri, baik watak maupun ciri fisiknya. Tapi lupus dalam cerita yang jago ngocol, tampan, dan penolong itu, tak semanis ketika Lupus menjadi nama penyakit. Lupus merujuk kepada nama penyakit yang berasal dari bahasa Latin yang artinya 'anjing hutan'.

Lupus, sebagai penyakit, termasuk mematikan yang disejajarkan dengan penyakit kanker. Bayangkan saja di dunia setiap tahunnya tak kurang dari 5 juta orang menderita penyakit peradangan kronis ini. Sebagai penyakit radang, Lupus bisa mengenai kulit, susunan saraf, paru, persendian maupun ginjal.

Sejauh ini, mayoritas penderita Lupus adalah perempuan di masa subur. Perbandingan penderita Lupus antara wanita dan laki-laki adalah 10:1. Namun, bukan berarti laki-laki bisa acuh tak acuh dengan penyakit ini. Apalagi gejala-gejala penyakit ini tidak terlalu spesifik sehingga pada awalnya penderita bisa mengira demam atau peradangan biasa.

Sekitar satu abad yang lalu, penyakit ini telah mulai dikenal manusia. Tapi karena gejala-gejalanya tidak terlalu spesifik, orang mengira penderita hanya mengalami kelainan kulit yang cenderung lebih merah terutama di bagian pipi dan hidung.

Ketika mulai menyebar ke bagian tubuh lain berupa bercak-bercak merah, ini pertanda bahaya. Lupus memang mulai bekerja. Apabila Lupus sudah menyerang, panas dan rasa lelah berkepanjangan merupakan gejala yang umum terjadi, disamping persendian mulai bengkak, rambut rontok bahkan bisa sering menderita sariawan.Menurut Dr. Rahmat Gunadi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, penyakit Lupus merupakan reaksi tubuh terhadap sistem kekebalan yang dikira benda asing. Dikarenakan sistem kekebalan yang diserang sebagai benda asing, reaksinya bisa mengenai berbagai macam sistem di dalam organ tubuh seseorang.

Lupus merupakan penyakit bersifat genetis dan bisa diturunkan. Kemungkinannya adalah 5 orang di antara 100.000 penduduk bisa terserang penyakit ini. Seperti disinggung di awal tadi, 10 kali lipat lebih besar kemungkinanannya akan menyerang perempuan dibanding laki-laki.

Lebih lanjut Dr. Rahmat Gunadi menjelaskan, gejala-gejala yang mudah dikenali dari seseorang yang terkena penyakit lupus adalah terjadi peradangan pada sendi, bercak-bercak merah pada kulit, demam, dan badan terasa lemah tanpa sebab yang jelas. Untuk memastikannya, tentu saja diadakan pemeriksaan secara intensif oleh tenaga ahli karena banyak penyakit dengan gejala-gejala seperti itu tapi belum tentu mengindikasikan terserang penyakit Lupus.

Timbulnya demam dan rasa lelah tanpa alasan yang jelas itu, sebenarnya akan terjadi manakala penyakit Lupus sedang aktif menyerang. Justru ketika penyakit ini dalam masa tidak aktif, gejala-gejala tadi bisa hilang dengan sendirinya.

Gejala lain yang bisa dikenali, yaitu muncul ruam merah, menyebar di kedua pipi seperti gambar kupu-kupu. Karena itu ruam sebagai gejala penyakit Lupus ini dalam kedokteran dikenal dengan butterfly rush. Ruam merah ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain bahkan bisa terlihat bersisik. Perempuan yang terkena ruam merah di tubuh seperti ini harus waspada karena bisa mengindikasikan mulai terserang penyakit Lupus.

Ketika menyerang sistem darah dalam tubuh, penyakit Lupus akan merusak bahkan menghancurkan sel darah merah sehingga penderita bisa menderita anemia. Realitas ini sungguh sangat berisiko bilamana seorang perempuan yang sedang hamil kemudian terserang penyakit Lupus.

Ia dengan sendiri akan menderita anemia hebat yang ujung-ujungnya bisa mengantarkan pada keguguran. Namun, tidak selalu penyakit Lupus ini menyerang ibu hamil karena tidak sedikit gejala penyakit ini mulai terlihat justru setelah melahirkan.

Seperti telah disinggung di awal bahwa sebenarnya penyakit Lupus terjadi akibat pembentukan imunitas yang berlebihan karena tubuh menganggap ada benda asing masuk. Namun pada penyakit Lupus ini, pembentukan zat antibodi yang secara alami dibentuk oleh tubuh untuk mengatasi beragam penyakit, justru menjadi tidak efektif dan menyerang jaringan tubuh lain yang sehat.

Zat imun berlebihan ini akan masuk ke dalam jaringan tubuh dan bisa langsung menyerang atau bisa pula masuk bersama-sama dengan zat yang merangsang pembentukan zat antibodi. Bila antibodi yang sebenarnya tidak terpakai karena berlebihan ini masuk langsung ke dalam jaringan tubuh, ia akan menghancurkan sel tubuh yang dimasukinya.

Kejadian ini terjadi pada kasus penderita penyakit Lupus yang kekurangan darah karena sel darah merah diserang dan hancur. Sementara itu, ketika zat antibodi ini bergabung dengan zat perangsang pembentukan antibodi (antigen), kemudian membentuk kompleks imun yang selanjutnya masuk mengikuti aliran darah. Zat kompleks imun ini akhirnya berhenti ketika sampai ke pembuluh darah kapiler dan menyebabkan peradangan.

Untuk mengatasi munculnya kompleks imun tersebut, sesungguhnya tubuh sendiri akan mengontrolnya dengan sel radang. Hal itu terjadi bila tubuh dalam keadaan normal. Sementara itu, ketika tubuh terserang penyakit Lupus, keadaannya menjadi abnormal sehingga sel radang tak bisa mengatasi serangan kompleks imun ini.

Dalam kasus tertentu, serangan kompleks imun yang terus-menerus ini sudah tidak bisa diatasi tubuh, bahkan mulai terjadi pembentukan enzim sehingga peradangan semakin berkepanjangan.

Gejala-gejala awal terserang penyakit Lupus memang tidak terlalu spesifik sehingga banyak pasien penderita Lupus mengira sedang terserang penyakit flu biasa. Inilah yang menambah risiko ketika penyakit Lupus tidak cepat ditanggulangi.

Sama halnya ketika penyakit Lupus sudah mulai menyerang ginjal, tak ada keluhan yang berarti selain semakin bertambahnya protein dalam air seni. Dengan demikian, pemeriksaan air seni secara rutin, lebih memungkinkan akan bisa mengatasi penyakit Lupus sedini mungkin.

Sampai sejauh ini, belum diketahui apa sebenarnya penyebab penyakit Lupus ini. Namun, ada beberapa faktor risiko yang diduga turut memengaruhi seseorang terjangkit penyakit ini. Selain faktor genetik, faktor lingkungan seperti sering terpapar sinar matahari secara langsung juga bisa memicu timbulnya penyakit Lupus.

Makanan dan racun yang termakan langsung atau terdapat dalam makanan juga menjadi faktor risiko tapi bukan menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. Selain itu, beberapa obat kimia diduga turut memperburuk kondisi pasien yang terserang penyakit Lupus.

Ketika seseorang positif terserang penyakit Lupus, biasanya dokter terfokus bagaimana agar penyakit ini tidak menyerang sel dan anggota tubuh pasien secara lebih meluas lagi, terutama jangan sampai menyerang organ-organ vital. Seperti telah dijelaskan di awal tulisan ini, bahwa penyakit ini timbul sebagai akibat kompleks imun. Sejauh ini, belum ada obat yang efektif untuk menghilangkan produksi imun secara abnormal tersebut.

Pemeriksaan pasien atau yang diduga terkena penyakit ini harus melalui pemeriksaan laboratorium. Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium yang bisa memastikan apakah seseorang positif terkena penyakit Lupus atau tidak, terutama setelah diketahui munculnya beberapa gejala umum dari penyakit ini. Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pemeriksaan anti-smith antibodies, anti-double stranded DNA dan antinuclear antibodi.

Mengetahui gejala penyakit Lupus secara dini dapat menolong seseorang yang terkena penyakit ini untuk bisa sembuh. Ketika penyakit ini masih tergolong ringan dan menyerang anggota tubuh yang tidak berbahaya, dokter biasanya akan memberikan obat antiinflamasi nonsteroid atau digabungkan dengan obat antimalaria. Namun ketika gejalanya lebih serius dan telah menyerang organ vital, maka dokter biasanya akan memberikan sejenis obat steroid seperti metilprednisolon atau prednison.

Pada beberapa kasus dokter juga akan mengombinasikan dengan obat yang mampu mengatasi tidak normalnya sistem kekebalan tubuh. Obat-obat seperti mycophenolat mofetil, cyclophosphamide, cyclosporine atau azathioprine, kerap diberikan baik tunggal maupun dikombinasi dengan obat lain.

Melihat perkembangan penyakit Lupus sebagai penyakit kronis, bila benar-benar tidak terus dikontrol, bisa tiba-tiba menjadi berat. Kalau sudah berat, pasien penyakit ini mulai merasakan keterbatasan aktivitas terutama kalau menyerang persendian.

Pengobatannya sendiri sejauh sudah semakin menunjukkan kemajuan. Lompatan besar dalam mengatasi penyakit ini terjadi sejak 1995. Selain timbulnya keterbatasan aktivitas akibat penyakit Lupus ini, penderita juga mulai terpengaruh secara emosional.

Putus asa, depresi, cepat marah adalah gejala-gejala umum yang timbul akibat terserang penyakit Lupus, terutama bila telah menahun dan penyakit dirasakan semakin berat. Dukungan dari keluarga, lingkungan dan para ahli medis sangat dibutuhkan bagi pasien penderita penyakit Lupus ini.

Peliculas Online

Title Post: Penyakit Lupus, Tak Seindah Namanya
Rating: 100% based on 999998 ratings. 98 user reviews.
Author: Borneo08

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, Jika ada kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...